Developer Debian Mampir ke Universitas Trunojoyo Madura

Universitas Trunojoyo Madura sekali lagi kedatangan para pakar IT dunia. Setelah Richard M Stallman (penemu GNU) dan Prof. Pitoyo (Arek Suroboyo yang menjadi guru besar dalam bidang Robot diJepang), sekarang giliran developer Debian dari Denmark Jonas Smedegaard yang meluangkan waktu “jalanan ilmiahnya” di Indonesia untuk berkunjung ke Universitas Negeri di Pulau Garam ini.

Sebagai Laboratorium yang mendukung Free Open Source Software (FOSS), LABSI sangat mendukung untuk mendatangkan pengembang  distro GNU/Linux yang merupakan “the mother” of Ubuntu itu. Bekerjasama dengan KLAS (Kelompok Linux Arek Suroboyo) dan di handle langsung oleh Komunitas Linux yang ada di LABSI, KOELIT (Komoenitas Linux Troenodjojo) acara dikemas dalam kuliah tamu (22/11) di Ruang Multimedia, Ruang Kuliah Bersama (RKB) A.

Ditemani kawan dari KLAS, Jonas Smedegaard mendapatkan standing applause ketika memasuki ruang Multimedia. Peserta yang hadir tertarik dengan gaya dia berbusana yang mirip tukang sirkus dari Rusia. Dalam awal presentasinya Jonas berlagak seperti komedian yang membuat peserta yang hadir tertawa karena menyebutkan “jangan anggap aku seperti seorang pahlawan atau seorang dosenmu, aku kesini datang untuk sharing, anggap saja seperti kawanmu”. Begitulah presentasi awal Jonas yang membuat ruangan ramai.

Jonas bercerita panjang lebar tentang Debian dan bagaimana dia bekerja di laboratorium khusus di Denmark, pengakuannya tidak bisa pemograman sempat membuat para peserta bingung. Tapi setelah dijelaskan olehnya membuat kepala peserta mengangguk-nganguk berarti mengerti. Sekitar 90 menit dia berbicara di depan kelas, dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Sesi tanya jawab berlangsung menarik. Kesempatan ini tidak disia-siakan oleh mahasiswa UTM untuk bertanya mengenai Debian dan dunia opensource.

Pesan terakhir yang syarat makna dari Jonas adalah jangan pernah menyerah jika terjadi error saat anda mengcompile program anda, anda hanya perlu kerja keras lagi untuk mendapatkan kesempurnaan. Meski sempat beberapa kali mengeluhkan udara panas di Madura, tapi Jonas sangat senang bisa datang ke Madura melewati Suramadu. Menurutnya Indonesia unik karena memiliki berbagai macam makananan khas dari setiap suku atau daerah.

Hal seperti ini harus sering dilakukan,  untuk membuka wawasan dan menjadi pelecut semangat mahasiswa UTM pada khususnya. Sehingga diharapkan kedepannya mahasiswa UTM juga bisa mendunia dengan ilmu yang di dapatkan selama kuliah di Madura.